Minggu, 04 Desember 2016

contoh kasus perilaku manusia yang menyebabkan perubahan tatanan lingkungan


DAMPAK BANJIR YANG TERJADI DI BANDUNG

A. Latar belakang

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Banjir juga sering disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak menjaga lingkungan sekitarnya. Manusia sering membuang sampah sembarangan sehingga membuat selokan tersumbat atau sungai-sungai meluap. Hal ini yang menjadi penyebab tatanan lingkungan alam.


B. Penyebab banjir


Kepala Dinas Bina Marga Kota Bandung, Iskandar Zulkarnaen mengungkapkan penyebab banjir di sejumlah titik di Kota Bandung.
Zul, sapaan akrabnya, mengatakan, hujan deras membuat aliran sungai tak mampu menahan tingginya debit air.
Dalam kasus banjir di Jalan Pasteur, luapan air mengalir sejajar di Jalan Sukamulya ke arah Hotel Topas Pasteur dan bermuara ke Sungai Citepus.
"Karena hujannya terlalu besar, jadi sungainya tidak bisa menampung aliran air," ucap Zul kepada wartawan, Senin (24/10/2016).
Buruknya drainase di kawasan Pasteur juga menjadi penyebab air cepat meluap ke jalan. Kondisi itu diperparah dengan tingginya laju sedimentasi di daerah tersebut.
Ia pun mengakui ada keterlambatan dalam pengerukan sedimentasi di saluran air di belakang pusat perbelanjaan Bandung Trade Mall (BTC).
"Sebenarnya sudah akan kami keruk tapi hujannya keburu besar. Sebagai solusinya, kita akan membuat tol air dan pompa air seperti arahan Pak Wali Kota," jelasnya.
Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kota Bandung, Senin, menyebabkan banjir di sejumlah wilayah.
Banjir menerjang jalan-jalan vital Kota Bandung seperti Jalan Dr Djunjunan (Pasteur) dan kawasan Pagarsih, Kota Bandung.
Berbeda dengan banjir yang biasa hanya menggenang permukaan jalan, kali ini banjir cukup ekstrem lantaran luapan air cukup deras hingga menyeret sejumlah kendaraan. 


C. Dampak peristiwa banjir di Bandung

1. Terendam Banjir, Stasiun Bandung Tak Bisa Dimasuki Kereta
Stasiun Bandung terendam banjir hingga setinggi 50 sentimeter akibat hujan deras yang mengguyur kota tersebut. Akibat banjir tersebut, sejumlah kereta tidak bisa masuk ke Stasiun Bandung. Beberapa kereta yang tertahan ialah KRD 390 jurusan Padalarang-Cicalengka yang tertahan di Stasiun Ciroyom. Lalu, KRD 400 jurusan Padalarang-Cicalengka tertahan di Stasiun Cimindi. Kereta 24 Argo Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung juga tertahan di Stasiun Cimahi. Beberapa kereta yang akan berangkat pun mengalami keterlambatan. Seperti kereta 25 Argo Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta baru berangkat pukul 16.00 WIB, dari jadwal semula 14.30 WIB atau sekitar 90 menit.

2. Banjir di Bandung, Gerbang Tol Pasteur Ditutup Satu Jam 
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir terjadi akibat hujan berintensitas tinggi yang mengguyur Bandung. Beberapa jalan terendam banjir. Namun kawasan Pasteur terkena dampak terparah. Air merendam kawasan tersebut setinggi 160 sentimeter sehingga tampak seperti sungai. Selain Pasteur, banjir juga merendam Jalan Pagarsih dengan ketinggian air hingga 150 sentimeter serta Jalan Nurtanio setinggi 120 sentimeter. Sutopo mengatakan banjir mengalir dengan cepat dan semua drainase perkotaan meluap. “Saluran drainase perkotaan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan sehingga terjadi banjir,” tuturnya.

3. Pengungsi Banjir di Bandung Butuh Pakaian dan Obat-obatan
Hujan yang tidak kunjung reda di Kabupaten Bandung, membuat sedikitnya 1.600 rumah terendam banjir. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, warga memilih mengungsi di lokasi yang disediakan pemerintah. 
Mereka, sambung Djembar, mengungsi di tiga titik, yakni GOR Baleendah, Mesjid Baitul Ikhlas, dan Gedung Inkanas. Kondisi pengungsi saat ini cukup baik. Meski demikian, pihaknya berkoordinasi dengan Puskesmas untuk lebih sering melakukan pemeriksaan. Apalagi sebagian pengungsi merupakan balita dan lansia. 
Bertambahnya jumlah pengungsi, membuat kebutuhan logistik bertambah. Untuk itu, pihaknya mengajukan penambahan logistik terutama makanan, pakaian, dan obat-obatan bagi para pengungsi ke pemerintah.  "Bagi yang ingin menyalurkan bantuannya, silakan," sebutnya. 
Djembar menambahkan, banjir akibat luapan Sungai Citarum mulai meluas. Bahkan jalan yang menghubungkan Kota Bandung ke Kabupaten Bandung melalui Jalan Dayeuh Kolot dan Banjaran terputus. 

4. Banjir Bandung, Pria Ini Tewas Terseret Saat Menolong Wanita  
Hujan deras yang mengguyur Kota Bandung, Senin, 24 Oktober 2016, sekira pukul 12.00 memakan korban jiwa. Ade Sudrajat, 30 tahun, ditemukan tewas di depan Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 di Jalan Setiabudi, Kelurahan Gegerkalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Yusri Yunus menjelaskan, korban yang diketahui bekerja sebagai karyawan di swalayan Borma itu tewas setelah terseret arus air yang cukup deras di dalam selokan.


D. Tindakan pemerintah

Bandung Kerap Banjir, Ridwan Kamil Bongkar Jalan & Jembatan

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mendapat saran dari para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait pencegahan banjir. Dalam kurun hampir sebulan, Kota Bandung beberapa kali dilanda banjir.
Bersama Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Bandung, Ridwan Kamil langsung membongkar jalan dan jembatan yang menjadi penghambat saluran air di Jalan Pagarsih.
"Pembongkaran ini hasil temuan Tim DBM dan ahli ITB. Di Pagarsih ini ada beberapa (jalan dan jembatan) yang menghambat saluran air," kata pria yang akrab disapa Emil di Jalan Pagarsih, Kota Bandung, Selasa (15/11/2016).
Menurutnya, air di saluran sungai dan selokan harusnya mengalir lancar. Tapi yang terjadi, di saluran air Jalan Pagarsih malah tersendat di beberapa titik, akibat adanya jembatan dan jalan di atas saluran itu. Sehingga saat hujan deras, saluran itu meluap.
Bahkan saluran air yang ada hanya mampu menampung atau mengaliran air sekira 2/3 dari kapasitasnya, karena dibangunanya jalan dan jembatan ada bagian yang menjorok ke saluran air.
Satu jembatan di lokasi pun dibongkar. Dengan begitu, saluran air diharapkan bisa kembali memiliki volume atau mampu kembali mengalir 100 persen.
Selama ini, aliran arus di saluran itu tidak tertampung maksimal, sehingga sering meluap. Kondisi itu diperparah saat hujan.
Sementara di Jalan Pagarsih, pembongkaran total dilakukan di tiga titik. Harapannya agar saluran air di kawasan sekitar kembali menjadi lancar.
Ke depan, pembongkaran jembatan dan jalan akan terus dilakukan secara bertahap di berbagai titik di Kota Bandung. Tidak hanya dibongkar, jalan atau jembatan juga akan dibuat lebih tinggi agar tidak menutupi saluran air.
Selain melakukan pembongkaran, Pemkot Bandung juga menggalakkan gorong-gorong, membangun danau retensi, hingga menambah tol air di berbagai lokasi untuk mencegah banjir.

E. Kesimpulan
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi di berbagai daerah di negeri kita, misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah besar dan banyak memakan korban. Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri, misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar di hutan, maka terjadilah banjir, kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka terjadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau perilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.

F. Daftar pustaka